CAT marka jalan yang selama ini dipakai oleh dinas perhubungan sebagian besar menggunakan produk impor. Peneliti dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) akhirnya mengembangkan cat marka jalan produksi dalam negeri.
“Pada awalnya kami beberapa kali mendapatkan contoh untuk pengujian bahan marka jalan dari dinas-dinas perhubungan provinsi di daerah. Ternyata setelah kami lihat, semua contoh yang kami peroleh adalah produk impor,” terang Agus Haryono, peneliti LIPI yang mengembangkan produk cat marka jalan lokal.
Akhirnya Agus pun tergerak untuk mencoba mengembangkan produk lokal. Dengan Contact beberapa peneliti lainnya dari LIPI, Agus berpikir untuk memanfaatkan potensi karet alam yang sangat berlimpah di Indonesia sebagai bahan baku utama marka jalan. Dipilihnya bahan karet karena saat ini Indonesia adalah negara terbesar kedua di dunia yang menghasilkan karet alam (setelah Thailand).
Dan produksi karet Indonesia cenderung naik terus dari tahun ke tahun. Diperkirakan, pada 2015, Indonesia akan menjadi negara penghasil karet terbesar di dunia. Melihat potensi tersebut, Agus mengungkapkan, permasalahan bahan baku untuk pengembangan cat marka jalan berbasis karet alam ini tidak akan menjadi masalah.
Justru dengan pengembangan produk-produk turunannya, diharapkan akan turut menaikkan nilai tambah produk karet yang selama ini sebagian besar diekspor dalam kondisi mentah. Teknis pembuatan cat marka jalan melalui beberapa proses. Awalnya, karet alam diolah secara kimiawi dengan penambahan gugus-gugus fungsi kimia yang mampu mengubah sifat-sifat karet menjadi lebih tahan tekanan, lentur, dan tidak lembek.
“Biasanya kita sebut metode tersebut dengan nama grafting,”terang Agus,seraya menambahkan bahwa karet alam yang telah memiliki sifat-sifat baru tersebut kemudian dicampurkan dengan bahan-bahan marka jalan lainnya untuk mendapatkan formula marka jalan yang lebih elastis dan tahan lama.
Sebagai produk lokal yang berusaha memberikan alternatif, produk yang dikembangkan peneliti LIPI tidak kalah dengan produk impor.“ Harga bahan cat marka jalan kita lebih murah dibandingkan produk komersial. Dari segi kualitas kita juga tengah mengupayakan agar bisa bersaing meskipun masih ada beberapa tahapan uji yang harus dilakukan.”
Agus mengatakan, sejauh ini apa yang dilakukan LIPI masih dalam tahap pengembangan. Rencana ke arah komersialisasi masih menunggu respons dari masyarakat. Termasuk kemungkinan pengujian oleh dinas perhubungan. “Beberapa pihak institusi penelitian sudah mulai tertarik untuk bergabung mengembangkan produk ini.,”ujarnya
“Pada awalnya kami beberapa kali mendapatkan contoh untuk pengujian bahan marka jalan dari dinas-dinas perhubungan provinsi di daerah. Ternyata setelah kami lihat, semua contoh yang kami peroleh adalah produk impor,” terang Agus Haryono, peneliti LIPI yang mengembangkan produk cat marka jalan lokal.
Akhirnya Agus pun tergerak untuk mencoba mengembangkan produk lokal. Dengan Contact beberapa peneliti lainnya dari LIPI, Agus berpikir untuk memanfaatkan potensi karet alam yang sangat berlimpah di Indonesia sebagai bahan baku utama marka jalan. Dipilihnya bahan karet karena saat ini Indonesia adalah negara terbesar kedua di dunia yang menghasilkan karet alam (setelah Thailand).
Dan produksi karet Indonesia cenderung naik terus dari tahun ke tahun. Diperkirakan, pada 2015, Indonesia akan menjadi negara penghasil karet terbesar di dunia. Melihat potensi tersebut, Agus mengungkapkan, permasalahan bahan baku untuk pengembangan cat marka jalan berbasis karet alam ini tidak akan menjadi masalah.
Justru dengan pengembangan produk-produk turunannya, diharapkan akan turut menaikkan nilai tambah produk karet yang selama ini sebagian besar diekspor dalam kondisi mentah. Teknis pembuatan cat marka jalan melalui beberapa proses. Awalnya, karet alam diolah secara kimiawi dengan penambahan gugus-gugus fungsi kimia yang mampu mengubah sifat-sifat karet menjadi lebih tahan tekanan, lentur, dan tidak lembek.
“Biasanya kita sebut metode tersebut dengan nama grafting,”terang Agus,seraya menambahkan bahwa karet alam yang telah memiliki sifat-sifat baru tersebut kemudian dicampurkan dengan bahan-bahan marka jalan lainnya untuk mendapatkan formula marka jalan yang lebih elastis dan tahan lama.
Sebagai produk lokal yang berusaha memberikan alternatif, produk yang dikembangkan peneliti LIPI tidak kalah dengan produk impor.“ Harga bahan cat marka jalan kita lebih murah dibandingkan produk komersial. Dari segi kualitas kita juga tengah mengupayakan agar bisa bersaing meskipun masih ada beberapa tahapan uji yang harus dilakukan.”
Agus mengatakan, sejauh ini apa yang dilakukan LIPI masih dalam tahap pengembangan. Rencana ke arah komersialisasi masih menunggu respons dari masyarakat. Termasuk kemungkinan pengujian oleh dinas perhubungan. “Beberapa pihak institusi penelitian sudah mulai tertarik untuk bergabung mengembangkan produk ini.,”ujarnya
0 Response to "LIPI Teliti Cat Marka Jalan"
Post a Comment