Menolak Jadi Calon Hakim,Sukses sebagai Perajin Puzzle

Mandar Utomo sukses berbisnis puzzle edukatif tiga dimensi berkat prinsip tiga K: kemauan, kemampuan, kesempatan.

Modal besar tidak menjamin kesuksesan berwirausaha. Bagi Mandar Utomo,pengusaha puzzle edukatif tiga dimensi asal Kabupaten Bantul,Daerah Istimewa Yogyakarta,kesuksesan bergantung pada tiga “K”yakni kemauan, kemampuan,dan kesempatan. Sebelum saya melanjutkan artikel ini, saya akan memberikan dukungan sitemap untuk kawan saya:

ilmu rayap



Type Approval Indonesia



Nggo Kontes



Berita Kita



Dunia Berita



Hari™



Berita Terkini



Leak



Type Approval Partnership



Brita Utama



Reuni17



Xipoq



Indonesia Type Approval



SEO Blogger Blogspot



grandong blog



Berita Terkini



KUNCI sukses tiga “K” didasari pengalaman hidupnya.Dia mengawali bisnis tidak dengan modal besar. Pria kelahiran Temanggung, Jawa Tengah, 15 Juni 1963, ini meniti usaha dengan modal pas-pasan. Sekitar 16 tahun lalu dia hanyalah perajin handicraft patung mini dengan kuantitas produksi sangat kecil.

Hasil karyanya dijual secara eceran dengan menggelar dasaran di emperan Jalan Malioboro, Yogyakarta. Kini usahanya telah berkembang besar. Dia memiliki kar-yawan lebih dari 100 orang, de-ngan omzet ratusan juta per bu-lan. Bapak berputra dua, Ba-sundara Murba Anggara (18) dan Geger Pangayoman (15), ini juga memiliki workshop, gudang pro-duksi, dan outlet di lahan yang luas dan strategis.Buah dari kerja kerasnya pula, dia telah memiliki rumah nyaman dan beberapa kendaraan roda empat model terbaru.

“Di awal rintisan usaha, jangankan membeli rumah, untuk makan satu hari tiga kali saja sulit tercapai,” kisahnya kepada harian Seputar Indonesia di outlet Kajeng Handicraft Industries miliknya di Jalan Bantul Km 5 Panggungharjo, Sewon, Bantul,Yogyakarta, belum lama ini. Berbisnis kerajinan puzzle edukatif tiga dimensi awalnya tidak pernah tersirat sedikit pun dalam pemikirannya. Dia yang semula hanya berprofesi sebagai sales asuransi, memilih banting setir menjadi perajin patung.Dia merasa menjadi sales asuransi sulit berkembang. Selain itu, hasil yang didapat juga sangat minim.

“Sebenarnya saya tidak punya dasar pendidikan formal sebagai perajin,”ungkapnya. Kemampuan membuat patung diperoleh secara autodidak ketika dia masih berstatus sebagai mahasiswa di Fakultas Hukum Universitas Janabadra,Yogyakarta. Saat itu kebetulan dia kos bersama sejumlah mahasiswa dari Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta, yang memiliki berbagai keahlian seni rupa. Di kala luang dia sering ikut-ikutan melukis atau membuat patung.“Kalau pas ada yang melukis, saya ikut-ikutan. Begitu pula saat ada yang memahat patung,”ucapnya.

Naluri untuk menjadikan karya patung sebagai mata pencaharian baru muncul setelah dirinya dililit kebutuhan hidup. Sekitar 1993, dia yang telah me-nikahi Widanti Saptaningsih, dianugerahi putra pertama. Kebutuhan untuk makan dan membelikan susu anak memaksa dia berpikir kreatif dengan mengasah kembali kemampuannya membuat aneka kerajinan dari kayu. “Ide membuat patung mini berawal dari permintaan anak saya yang ingin dibelikan mainan. Karena nggak punya duit, saya buat sendiri patung hewan dari kayu, eh ternyata dia sangat senang. Dari situlah, saya berpikir. Kalau anak saya suka dengan patung mini, pasti anak-anak yang lain juga suka,”tuturnya.

Kondisi perekonomian di awal pernikahan yang belum mapan kadang membuatnya nyaris putus asa. Namun, pesan orang tuanya selalu terngiang dan menjadi pemicu dalam menjalani roda kehidupan. Orang tuanya berpesan, ketika sudah berani merantau atau menikah, setiap persoalan harus bisa dipecahkan sendiri. Meskipun orang tua mampu membantu, sedapat mungkin tidak boleh menggantungkan. Dari sisi materi, Mandar memanglah terlahir dari keluarga yang cukup mapan.Bapaknya saat itu menjabat sebagai kepala pegadaian di wilayah Purwo-kerto. Beberapa kali orang tuanya membujuknya untuk pulang ke kampung halaman. Itu dilakukan lantaran sebagai orang tua merasa tidak tega dengan kondisi perekonomian putra bungsu dari tujuh bersaudara ini.“Bahkan Bapak sempat menawari saya untuk jadi calon hakim atau bekerja di bank. Tapi,saya menolak,”tuturnya.

Beruntung, masa sulit tidak berlangsung lama. Dia yang belum lama menjajakan hasil karya patung miliknya di emperan Jalan Malioboro, tepatnya di depan Benteng Vredeburg, dilirik oleh pengusaha karya seni dari Prancis, Mr Gracia. “Dia datang ke tempat saya, melihat koleksi patung dan tanya macam-macam. Awalnya saya kecewa karena dia sekadar tanya,tapi tidak membeli satu pun produk,”paparnya. Yang sedikit mengejutkan, hari berikutnya orang tersebut berkunjung lagi ke tempat Mandar menjajakan patung. Kedatangannya kali ini untuk memastikan bahwa patung-patung yang dijual memang orisinal buatan Mandar.

Tidak berapa lama, Mr Gracia meminta Mandar datang ke tempat tinggalnya. “Ternyata, dia itu pemilik galeri karya seni di daerah Prawirotaman,Yogyakarta,” ingatnya. Di galeri itulah, Mandar diminta untuk membuatkan puzzle tiga dimensi. Mendapat tawaran itu, dia tidak membuang peluang dan memenuhi order yang diinginkan. Sejak saat itu, setiap hari dia membuat puzzledari kayu untuk disetorkan ke Mr Gracia. “Jumlah produksinya masih minim,maksimal enam unit karena keterbatasan peralatan dan modal. Dengan minimnya produksi, Mr Gracia marah-marah,”ujarnya. Kemarahan relasi bisnisnya ternyata memberikan hikmah tersendiri.

Mr Gracia bersedia memberikan modal kerja yang digunakan untuk membeli alat dan penambahan karyawan. Se-jak itulah, tingkat produksi berangsurangsur meningkat.Ke-beruntungannya semakin baik menyusul bertambahnya buyer dari luar negeri. “Kebetulan teman-teman Mr Gracia juga ikut pesan produk kami.Mereka dari berbagai negara seperti Den-mark, Selandia Baru, dan Australia,”katanya. Puncak kesuksesan terjadi pascausaha miliknya diliput oleh stasiun televisi RCTI. Pascapublikasi, konsumen dari berbagai daerah berdatangan untuk memesan produknya. Tingginya minat pembelian puzzle karena ketika itu dia satusatunya pengusaha yang mampu membuat jenis produk tiga dimensi di Indonesia.

Sebagian pengusaha puzzle, masih berkutat dengan produk dua dimensi. Hasil karyanya juga mendapat perhatian dari akademisi di Indonesia.Kalangan kampus melakukan uji psikologi terhadap produk-produk miliknya yang kini berjumlah 161 jenis. “Hasilnya, puzzle tiga dimensi bermanfaat untuk kecerdasan dan bisa digunakan untuk mengukur tingkat kecerdasan seseorang.Sekarang ini kami telah memiliki pesaing. Mereka adalah mantan karyawan.Tidak masalah karena mereka juga ingin hidup lebih baik,”tuturnya. Namun,dalam bisnis pasti ada masa naik turun.Pascalengsernya Presiden Soeharto pada 1998, pesanan puzzlemulai turun.Kondisi terus memburuk sampai puncaknya pada 2001, ketika Gedung World Trade Center (WTC) di Amerika Serikat mendapat serangan bom.Sejak saat itu tidak ada satu pun buyer dari luar negeri yang memesan produknya.

“Terpaksa kami memangkas karyawan lebih dari 50%.Tadinya karyawan kami lebih dari 200 orang,” ungkapnya. Kondisi mulai membaik setelah situasi politik di Tanah Air dan internasional kembali normal. Pesanan produk, baik dari dalam negeri maupun luar negeri,mulai meningkat. Untuk mendongkrak penjualan, dia berpromosi melalui internet. Hasilnya sangat positif. Situasi ini bahkan terus bertahan meski gempa bumi sempat meluluhlantakkan Yogyakarta pada 2006. “Workshop kami sempat ambruk,tapi hal itu tidak berpengaruh karena pesanan tetap tinggi,”ujarnya. Sejak dirinya berkutat di bisnis puzzle, Mandar kerap mendapat penghargaan. Tidak hanya tingkat daerah, tapi juga nasional.

Untuk tingkat nasional, dia terpilih sebagai pengusaha paling kreatif dan menduduki posisi kedua. Dalam meraih predikat tersebut, dirinya bersaing dengan 6.000 pengusaha teladan lainnya dari seluruh Indonesia. Dalam menjalankan roda usaha, dia mengaku tidak bisa jalan sendiri. Selain menggandeng pemerintah, dia mengaku banyak dibantu perbankan.Bank yang selalu setia memberikan dukungan promosi dan pendanaan adalah Bank Rakyat Indonesia (BRI). Belum lama ini BRI memfasilitasi pameran Inacraft 2010,yang diselenggarakan di Jakarta Convention Center (JCC) dan dihadiri banyak buyer dari 60 negara.

“Sebagai pengusaha, saya selalu berharap kondisi perekonomian nasional maupun global terus membaik karena situasi perekonomian sangat memengaruhi bisnis kami,”harapnya.

1 Response to "Menolak Jadi Calon Hakim,Sukses sebagai Perajin Puzzle"

konsultan warnet said...

kisah..yang menarik..salam sukses